摘要:Pembentukan identitas seseorang baik sebagai individu maupunkelompok pada perinsipnya melalui dua proses relasi, yaitu relasi denganorang lain dan dirinya sendiri. Dalam relasinya dengan orang lain itulahkemudian membuka peluang bahwa pembentukan identitas sangat dipengaruhifaktor eksternal. Studi ini memfokuskan pada pembentukan identitas wargaPapua dalam relasinya dengan narasi dominan, yaitu negara dan agama, dimana keduanya selama ini merupakan faktor eksternal yang cukup dominandalam mengkonstruksi identitas Papau.Temuan studi ini antara lain, identitas kepapuan dikonstruksikan olehkekuatan negara melalui politik penyeragaman. Pada masa itu orang Papuaadalah obyek yang dipandang oleh pemerintah pusat, sehingga terusmengalami marginalisasi dalam segala aspek kehidupan baik politik, ekonomi,maupun sosial-kebudayaan. Melalui proyek kesatuan dan persatuan bangsa,orang Papua harus menjadi orang Indonesia yang bias pusat. Di sinilahkemudian terjadi bagaimana konstruksi Papua oleh pusat berada dalam posisiyang dipandang sebagai daerah pinggiran. Mula-mula cara pandang pusatmemang secara teritori, tetapi kemudian juga secara politik dan kebudayaan.Oleh karena itu Papua mengalami marginalisasi baik secara politik maupunkebudayaan.Sementara itu, agama, dalam hal ini agama Kristen, memandangsistem keyakinan masyarakat Papua yang lebih berkarakter animisme sebagailiyan (others). Dalam pandangan Kristen agama lokal orang Papua adalahmasalah yang harus diselesaikan dengan sistem keyakinan Kristen, agamasmitis yang monotiesme. Sebagai narasi dominan, agama Kristenmemposisikan diri sebagai superior atas inferioritas agama lokal orangPapua. Karena itu dalam rangka kristenisasi agama lokal Papua semuakeyakinan orang Papua harus ditinggalkan dan harus memeluk Kristen.Politik penundukan ini berlangsung secara sistematis melalui berbagai jalur,baik politik, ekonomi, dan kebudayaan.Dalam kondisi dan kesadaran sebagai orang pinggiran itulahkemudian orang Papua mengkonstruksi identitasnya. Pada umumnya orangtidak pernah mempertanyakan bahwa bagaimana proses terbentuknyakesadaran itu, yang sebenarnya kesadaran yang dibentuk, sebuah kesadarandikonstruksikan oleh pihak eksternal dan ketika melakukan proses komunikasiintrapersonal maka terjadilah proses konsensus bahwa kami orang Papuamemang seperti yang dikonstruksikan oleh pihak luar itu.