期刊名称:Journal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi
印刷版ISSN:2302-6383
出版年度:2014
卷号:2
期号:2
页码:101-113
DOI:10.21831/jppfa.v2i2.2622
出版社:Journal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi
摘要:Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dinamika relasi politik antara otonomi guru dan dominasi kekuasaan.Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif fenomenologis.Lokasinya di Kabupaten Bantul.Subjek terdiri dari 37 orang yang dipilih secara purposive.Prosedur penelitian ditempuh dengan lima langkah, dengan metode penggalian data: angket terbuka, wawancara mendalam, dan kajian dokumen.Trianggulasi melalui trianggulasi: metode dan sumber, diskusi ahli, dan penjelasan banding.Analisis data dilakukan secara kualitatif fenomenologis.Temuan penelitian adalah sebagai berikut.Pertama, upaya guru dalam membangun otonominya menuju sosok profesional dipengaruhi oleh dinamika politik.Kedua, terdapat politisasi guru oleh penguasa daerah, yang dilakukan melalui ‘praktik terselubung’ untuk ‘meraih dukungan’ dan berujung pada bargaining politik dan sharing kekuasaan.Ketiga, ada dua bentuk politik dominasi penguasa terhadap guru, yaitu melalui ‘politik kooptasi’ dan melalui ‘politik pengambilan hati’.Keempat, politik kooptasi berimplikasi negatif pada melemahnya sikap kritis guru, sedangkan politik pengambilan hati berimplikasi positif pada meningkatnya jumlah guru dalam studi lanjut dan meningkatnya kesejahteraan guru.
其他摘要:Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dinamika relasi politik antara otonomi guru dan dominasi kekuasaan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif fenomenologis. Lokasinya di Kabupaten Bantul. Subjek terdiri dari 37 orang yang dipilih secara purposive. Prosedur penelitian ditempuh dengan lima langkah, dengan metode penggalian data: angket terbuka, wawancara mendalam, dan kajian dokumen. Trianggulasi melalui trianggulasi: metode dan sumber, diskusi ahli, dan penjelasan banding. Analisis data dilakukan secara kualitatif fenomenologis. Temuan penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, upaya guru dalam membangun otonominya menuju sosok profesional dipengaruhi oleh dinamika politik. Kedua, terdapat politisasi guru oleh penguasa daerah, yang dilakukan melalui ‘praktik terselubung’ untuk ‘meraih dukungan’ dan berujung pada bargaining politik dan sharing kekuasaan. Ketiga, ada dua bentuk politik dominasi penguasa terhadap guru, yaitu melalui ‘politik kooptasi’ dan melalui ‘politik pengambilan hati’. Keempat, politik kooptasi berimplikasi negatif pada melemahnya sikap kritis guru, sedangkan politik pengambilan hati berimplikasi positif pada meningkatnya jumlah guru dalam studi lanjut dan meningkatnya kesejahteraan guru. Kata kunci: relasi politik, otonomi guru, dan dominasi kekuasaan
关键词:relasi politik; otonomi guru; dan dominasi kekuasaan