摘要：A feeding trial has been conducted to compare feeding value of low and high protein dried distillers grains with solubles (DDGS), and corn gluten meal (CGM) to brown layer in the tropics. Both types of DDGS was included at level 0%, 4%, 8%, 12%, and 16% in the diet while CGM was included at 0%, 2%, 4%, 6%, and 8% in similar content of metabolizable energy (ME) value (2650 kcal/kg) and protein (17%). Each dietary treatment was fed to 4 birds in individual wire cage and replicated 5 times. The trial was performed for 10 weeks and egg production, egg weight, feed intake was measured. At the end of feeding period, manure was collected and analyzed for moisture content while samples of eggs were measured for yolk color and the yolk was analyzed for xanthophyll level. Result showed that feeding Lopro DDGS, Hipro DDGS, and CGM did not affect egg production (egg mass, egg number, and egg weight), however, feeding DDGS resulted in less feed intake (111 g/day) compared to feeding CGM (114 g/day). Feeding DDGS up to 16% did not affect egg production and similar to feeding CGM up to 8%. Feeding high level of DDGS or CGM did not significantly affect the moisture content of excreta which were between 78.1%-81.9%. Increasing levels of DDGS or CGM increased yolk color score related to the higher level of xanthophylls content in egg yolk. The coloring ability of CGM to egg yolk was higher than that of DDGS. In conclusion, DDGS can be fed to layer up to 16% without affecting egg production while CGM can be fed up to 8% in the diet. DDGS can be used as source of yellow pigment for egg yolk as also found in CGM.
其他摘要：Percobaan pemberian pakan telah dilakukan untuk membandingkan nilai pakan dried distillers grains with solubles (DDGS) protein rendah (Lopro) dan tinggi (Hipro) dan corn gluten meal (CGM) untuk ayam petelur cokelat di daerah tropis. Kedua jenis DDGS diberikan sebesar 0%, 4%, 8%, 12%, dan 16% dalam ransum, sedangkan CGM diberikan sebanyak 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8% dalam ransum dengan kandungan energi metabolis (2650 kcal/kg) dan protein (17%) yang sama. Setiap perlakukan diberikan kepada 4 ekor ayam petelur dalam kandang baterai individu dan diulang 5 kali. Percobaan dilakukan selama 10 minggu dan produksi telur, berat telur, dan konsumsi pakan diukur. Kotoran ayam dikumpulkan dan dianalisa kadar airnya pada akhir percobaan, sedangkan contoh telur diukur untuk warna dan kandungan xantofilnya. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian DDGS Lopro, DDGS Hipro, dan CGM tidak mempengaruhi produksi telur (masa telur, jumlah telur, dan berat telur), akan tetapi pemberian DDGS menghasilkan konsumsi pakan (111 g/hari) yang lebih rendah dibanding ayam yang diberi CGM (114g/hari). Pemberian DDGS sampai 16% tidak mempengaruhi produksi telur, demikian pula dengan pemberian CGM sampai 8% dalam ransum. Pemberian DDGS atau CGM dalam jumlah tinggi tidak mempengaruhi kadar air kotoran yang nilainya berkisar 78,1%-81,9%. Pemberian DDGS atau CGM yang makin tinggi mengakibatkan kenaikan warna kuning telur yang berkaitan dengan meningkatnya kandungan xantofil di dalamnya. Pemberian CGM menghasilkan warna yang lebih kuning dibandingkan dengan pemberian DDGS. Sebagai kesimpulan, DDGS dapat diberikan sampai 16% untuk ayam petelur tanpa mempengaruhi produksi telur, sementara CGM dapat diberikan sampai 8%. DDGS dapat digunakan sebagai sumber pigmen kuning untuk ayam petelur seperti halnya CGM.
