摘要:Anoa, which is the endemic animal in Indonesia, its population is unevitably decreasing, therefore anoa included in the list of endangered species by International Union for Conservation of Nature (IUCN). The experiment was aimed to apply the artificial insemination (AI) technique for anoa and to examine their parturition behavior. The experiment involved 2 males and 5 females anoa at Taman Safari Indonesia Bogor. Semen was collected by electroejaculator, then evaluated and diluted in Tris-egg yolk extender. The anesthetized estrous females were inseminated intracervically with extended semen (100x106 sperm/1.0 mL). Females which did not show estrous signs during 2-3 cycles after AI were predicted pregnant, and therefore confirmed by ultrasonography. As a comparison, another predicted-pregnant female after natural mating was scanned. The results showed that intracervical AI resulted pregnancy in one female, and the gestation period of anoa was ranged from 313 d (AI) to 324 d (natural mating). There were three stages of parturition process was observed: Stage 1 was characterized by the abdominal contraction and amniotic membrane rupture, Stage 2 was characterized by the fetal expulsions, and Stage 3 was characterized by the placental expulsions and ingestion of placenta by the dam. The duration of each stage of parturition was 6-8 h (stage 1), 30-60 min (stage 2), and 15-180 min (stage 3). It is concluded that AI technique was applicable to anoa in captivity, and the parturation behavior of anoa was comparable to buffalo and cattle. However, the fetal delivery occurred when the dam was in standing position and the dam ingested the placenta.
其他摘要:Anoa, yang merupakan salah satu satwa endemik di Indonesia, populasinya semakin menurun, sehingga saat ini dimasukkan dalam endangered species oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aplikasi teknik inseminasi buatan (IB) pada anoa dan megetahui perilaku proses kelahiran. Penelitian melibatkan 2 anoa jantan dan 5 anoa betina di Taman Safari Indonesia Bogor. Semen dikoleksi menggunakan elektroejakulator, lalu dievaluasi dan diencerkan dalam pengencer Tris-kuning telur. Anoa betina yang estrus setelah disinkronisasi, diinseminasi intraservikal menggunakan semen cair (100 juta/1,0 ml), dalam keadaan teranastesi. Hewan yang tidak estrus melebihi 2-3 siklus setelah IB dianggap bunting, dan dikonfirmasi menggunakan ultrasonografi. Sebagai pembanding, dilakukan USG pada 1 anoa lain yang diduga bunting setelah kawin alam. Hasilnya menunjukkan bahwa 1 dari 4 ekor anoa dikonfirmasi bunting. Lama periode kebuntingan pada anoa adalah 313 hari (hasil IB) dan 324 hari (hasil kawin alam). Proses partus dapat diamati dan dibagi menjadi 3 tahap, dengan durasi setiap tahap adalah 6-8 jam (tahap 1, dikarakterisasi oleh kontraksi abdominal, dan pengeluaran dan perobekan kantong amnion), 30-60 menit (tahap 2, dikarakterisasi oleh pengeluaran fetus), dan 15-180 menit (tahap 3, dikarakterisasi oleh pengeluaran plasenta dan induk memakan plasenta). Disimpulkan bahwa teknik IB dapat diaplikasikan pada anoa di penangkaran dan karakteristik proses partus pada anoa adalah mirip dengan kerbau dan sapi. Namun demikian, pengeluaran anak terjadi pada posisi induk berdiri dan induk memakan plasenta.