摘要:This research aimed to examine the potential of garlic as the coccidiosis control in rabbits either in vitro or in vivo. During in vitro, observed variables were rabbits oocysts that were sporulated, unsporulated, and abnormal in incubation for 3 days with the addition of garlic extract. The treatments were doses of garlic extract administration (0%, 1%, 2%, 4%, and 8%) and sulfaquinoxalline as a standard anticoccidiosis. Meanwhile during in vivo, the variables observed were the hematological profile of the experimental rabbits naturally infected with coccidia. The doses of garlic extract was administered orally to the experimental rabbits infected with coccidia were 0 mg, 10 mg, 20 mg, 40 mg, and 80 mg/rabbit. As a standard coccidiosis drugs, the combination of sulfadiazine and trimethoprim was used. The treatments were given for 6 days. The variables observed were the hematological profile of the coccidiosis rabbits, including the erythrocytes, hemoglobin, hematocrits, MCV, MCH, MCHC, and thrombocytes. The research employed a completely randomized design, with 5 repetitions. The data were further analyzed using the honestly significant difference test. The results showed that garlic extract administration significantly decreased (P<0.01) both the number of the sporulated and unsporulated oocysts (P<0.05), yet did not significantly influence the abnormal oocysts, but there was no significant difference within the entire hematological variables except in thrombocytes (P<0.05). Garlic extract administration decreased the excretion number of oocysts in the feces either in vitro or in vivo and influenced some hematological variables which provided a new propect for controlling coccidiosis naturally in rabbits.
其他摘要:Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi bawang putih sebagai anti koksidiosis pada kelinci secara in vitro dan in vivo. Secara in vitro, peubah yang diamati adalah ookista kelinci yang bersporulasi, tidak bersporulasi, dan abnormal pada inkubasi selama 3 hari dengan penambahan ekstrak bawang putih. Perlakuan yang digunakan adalah 0%, 1%, 2%, 4%, dan 8% bawang putih, serta penggunaan sulfaquinoxalline sebagai obat standar koksidiosis. Pada penelitian in vivo, peubah yang diamati adalah profil hematologi kelinci yang terinfeksi koksidia secara alami. Ekstrak bawang putih diberikan secara per oral pada kelinci yang terinfeksi koksidia sebesar 0 mg, 10 mg, 20 mg, 40 mg, dan 80 mg/ekor, serta kombinasi sulfadiazin dan trimethoprim sebagai obat standar koksidiosis. Perlakuan diberikan selama 6 hari. Peubah yang diamati adalah profil darah kelinci koksidiosis yang meliputi sel darah merah (eritrosit), hemoglobin (Hb), hematokrit, MCV, MCH, MCHC, dan trombosit. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan pengulangan sebanyak 5 kali. Analisis data menggunakan analisis variansi dengan uji lanjut beda nyata jujur (BNJ). Hasil analisis varians menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih berpengaruh sangat nyata menurunkan (P<0,01) jumlah ookista yang bersporulasi, berpengaruh nyata pada ookista yang tidak bersporulasi (P<0,05), namun tidak berpengaruh nyata pada ookista yang abnormal. Hasil analisis statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua peubah hematologi, kecuali trombosit (P<0,05). Pemberian ekstrak bawang putih dapat menurunkan jumlah ekskresi ookista dalam feses secara in vitro dan in vivo dan mempengaruhi beberapa peubah hematologi sehingga memberikan harapan baru bagi pengendalian koksidiosis secara alami pada kelinci.