出版社:Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
摘要:Sejak awal terjadinya bencana lumpur Sidoarjo pada 29 Mei 2006 silam, telah terjadi lebih dari 10 kali jebolan tanggul penahan lumpur. Yang terakhir terjadi pada akhir tahun 2014 lalu, mengakibatkan rumah warga yang berada di Desa Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin, terendam lumpur. Untuk mencegah hal yang sama terulang kembali, maka perlu dilakukan monitoring untuk mengetahui pola persebaran lumpur dan elevasinya yang berada di dalam tanggul penahan. Dengan menggunakan citra satelit resolusi tinggi WorldView-2 bulan Agustus 2014 dan Juli 2015, maka tutupan lumpur dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas berbeda, yaotu Air Berlumpur, Lumpur Basah, Lumpur Mulai Mengering, dan Lumpur Kering. Menurut hasil pengolahan data observasi lapangan menggunakan GPS geodetik metode kinematik, diketahui bahwa volume total lumpur di dalam tanggul utama pada bulan Maret 2014 adalah 44.039.123,365 m3, dan bulan Juli 2015 sebesar 47.646.879,058 m3. Berdasarkan hasil pemodelan 3 dimensi permukaan lumpur, aliran lumpur pada bulan Maret 2014 cenderung mengarah ke utara. Sedangkan pada bulan Juli 2015 aliran lumpur lebih terkonsentrasi di dekat pusat semburan, membuat tanah bagian bawah mengalami sledding dan penurunan. Dengan demikian, permukaan lumpur menjadi terlihat seperti kaldera atau fitur kawah gunung lumpur. Dan sampai dengan bulan Juli 2015, tutupan lumpur didominasi oleh klasifikasi Lumpur Kering.