出版社:Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
摘要:Sejak adanya revolusi industry emisi dari gas CO2 semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dampak dari peningkatan emisi CO2 adalah global warming yang menyebabkan suhu bumi yang semakin meningkat. Terjadinya global warming juga menyebabkan berbagai bencana dan perubahan iklim. Bahan bakar cair seperti gasoline adalah jenis bahan bakar yang paling banyak digunakan dalam bidang transportasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir emisi CO2 dari kendaraan serta mengurangi penggunaan bahan bakar fosil ialah dengan penambahan zat aditif yang memiliki kandungan oksingen tinggi (oxygenated compound) pada bahan bakar cair seperti gasoline. DMC (Dimethyl Carbonate) merupakan salah satu zat aditif yang dianggap mampu untuk menggantikan zat aditif karena DMC lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan zat aditif lainnya karena dapat mengurangi emisi hidrokarbon, CO, NOx dan partikel lainya. DMC juga memiliki kadar oksigen yang relatif tinggi (53,3 wt.%), tekanan uap rendah, nilai oktan campuran yang tinggi.Indonesia sendiri belum memiliki plant untuk menghasilkan DMC. Sehingga untuk dijadikan zat aditif maka produksi DMC dalam negeri harus ditingkatkan terlebih dahulu. Secara garis besar Pabrik DMC terdiri dari Purifikasi Gas Bumi, Sintesa Metanol, Purifikasi Metanol, Sintesa DMC, Purifikasi DMC. Dari studi yang dilakukan untuk Pabrik DMC dengan kapasitas 132,2 MMSCFD Gas Bumi masuk dibutuhkan investasi sebesar MUSD 369,1. Dari analisa ekonomi diperoleh: Internal Rate of Return : 26,49%; POT: 4,1 tahun; BEP : 67,8 %; dan NPV 10 year : MUSD 928,8. Dari keempat parameter sensitifitas yaitu fluktuasi biaya investasi, harga bahan baku, kapasitas, dan harga jual dari produk, terlihat bahwa keempatnya tidak memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap kenaikan atau penurunan nilai IRR kilang. Sehingga Pabrik Dimetil Karbonat ini layak untuk didirikan.