期刊名称:International Journal of Creative and Arts Studies
印刷版ISSN:2339-191X
电子版ISSN:2406-9760
出版年度:2022
卷号:9
期号:1
DOI:10.24821/ijcas.v9i1.6975
语种:English
出版社:Institut Seni Indonesia Yogyakarta
摘要:Seperti halnya di hampir seluruh negara di dunia, masyarakat Indonesia saat ini sedang berjuang menghadapi pandemi Covid-19, mengharuskan membatasi aktivitasnya lebih selektif, dan memprioritaskan keperluan berdasarkan kebutuhan. Kesehatan mental juga menjadi prioritas, selain masalah kebersihan pribadi dan lingkungan. Komunitas RajutKejut adalah sekelompok perajut perempuan yang melakukan ‘yarn bombing’ di ruang publik menggunakan karya rajut. Dengan kondisi pandemi, di mana sebagian besar aktivitas dibatasi, kesendirian dan isolasi sosial menjadi perhatian utama, komunitas ini tetap terhubung satu sama lain dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi digital, untuk berbagi berita, pandangan, dan cerita. Dan dalam melakukannya, mereka berusaha untuk saling mendukung dengan cara terbaik: melalui aktivitas bernuansa meditatif yang dipraktikkan dalam menjalani karantina. Dengan demikian, terbentuk ruang baru untuk kontemplasi dan refleksi. Hal ini telah menjaga kualitas kerja masyarakat di samping menghasilkan manfaat lain. Misalnya, sistem kekebalan tubuh dapat diperkuat dengan menjaga kesehatan mental yang baik dan terutama dengan membangkitkan perasaan bahagia dan gembira. Untuk itu, komunitas ini mengadakan kegiatan ‘yarn bombing’ di lingkungan masing-masing dan berbagi pengalaman kolektif dan individu. Pertanyaan penelitian yang kemudian muncul adalah, bagaimana kegiatan terkait kraf komunal seperti merajut ini dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kondisi manusia di tengah pandemi? Studi ini menggunakan pemikiran fenomenologi persepsi yang dikembangkan oleh Maurice Merleau-Ponty sebagai metode analisis untuk lebih memahami dunia komunitas RajutKejut, dengan referensi khusus pada pandemi saat ini. Melalui pengamatan, penelitian ini menggambarkan bahwa pandemi telah mendorong banyak orang untuk melihat ke masa lalu dan dengan melakukan itu, menyadari bahwa keberadaan mereka di masa sekarang dapat ditentukan oleh proyek kraf yang terstruktur, sehingga membawa mereka dapat membuat keputusan yang lebih tepat tentang dunia masa depan. Dalam proses ini manusia mulai memetakan keberadaan mereka dengan menggunakan tubuh, sehingga membangkitkan kesadaran diri.
其他摘要:As people in almost all countries in the world, Indonesians are currently struggling to deal with the Covid-19 pandemic by making their activities more selective and prioritizing their needs based on needs. Mental health is also a priority, and more attention needs to be paid to personal and environmental hygiene issues. The RajutKejut Community is a group of female crocheters who ‘yarn bomb’ in public spaces using crochet works. Given pandemic conditions, where most activities are limited, and loneliness and social isolation have become major concerns, this group remains connected using advanced digital technology to share news, views, and stories. And in doing so, they have supported each other in the best possible way: through an activity characterized by meditative nuances practised in a quarantined atmosphere. Thus, a new space for both contemplation and reflection has been created. This has preserved the quality of the community’s work but it has also resulted in other benefits as well. For example, the body's immune system can be strengthened by maintaining good mental health and especially by generating feelings of happiness and joy. To this end, the community has held yarn bombing activities in their respective neighbourhoods and then shared their collective and individual experiences. The research question that arises then is, how can a communal craft-related activity like crochet raise awareness and understanding of the human condition amid a pandemic? This study uses the phenomenology of perception developed by Maurice Merleau-Ponty as an analytical method to better comprehend the world of the RajutKejut community, with special reference to the current pandemic. Amongst other observations, this research illustrates that the pandemic has encouraged many people to look to the past and, in doing so, realize that their existence in the present can be defined by structured craft projects, which caused them to make better-informed decisions about the future. In this process, human beings begin to chart their existence using their bodies and, in doing so, awaken mindfulness of self.