摘要:KARAKTERISTIK HUBUNGAN BALOK-KOLOM PADA STRUKTUR BALOK TINGGI DENGAN PENGEKANGAN Characteristics ofBeam – Column Connectian on Deep beam Constructian with Confinement Ninik Catur EY1 & Agus Subiyanto2 1,2Jurusan Teknik Sipil Universitas Merdeka Malang Alamat korespondensi : Jl. Terusan Raya Dieng No. 62-64 Telp. (0341) 567617 Fax. (0341)567617 Email : nien_cey@yahoo.com Abstract The main problem which is the basis of this research is the frequent occurrence of collapse in the construction of deep beam and deep beam-column connection. This collapse affected by retrofitting reinforcement models. The use of less reinforcement and construction of behavior change can lead to failure due to the imposition of the construction. Tests carried out on beam-column connections with variations without restraints and restraint areas pedestal and press the path of the beam. Based on the analysis and data processing, it is known that the model of restraint with spasing 65 mm and 32.5 mm made to beam does not significantly affect the increase in the capacity of a flexible but highly influential on shear strength and ductility (indicated by a moment of curvature) and beam connection column. This condition applies both to restraints imposed in the staging area, and curbs on the press beam path. The most obvious influence is shown in spasing restraint with a distance of 32.5 mm mounted on the path of the beam press. Improved performance connection beams and columns are also shown on the deflection at the same load intensity, deflection occurs is smaller compared to the ones without restraint. Steel strain that occurs also decreased so that at peak load and load initial crack strain melting occurs at the load value P is greater. Based on the observation of the pattern of crack propagation, the beams were wearing restraints, pattern collapse is the kind of collapse that happened so the pliable nature of the collapse is happening is more ductile Keywords : fly ash , permeability , absorption Abstrak Permasalahan utama yang menjadi dasar penelitian ini adalah sering terjadinya keruntuhan pada konstruksi balok tinggi dan hubungan balok tinggi-kolom. Keruntuhan ini dipengaruhi oleh model perkuatan tulangannya. Pemakaian tulangan yang kurang dan perubahan perilaku konstruksi akibat pembebanan dapat mengakibatkan kegagalan konstruksi. Pengujian dilakukan terhadap sambungan balok-kolom dengan variasi tanpa pengekangan dan pengekangan di daerah tumpuan dan jalur tekan balok. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data, diketahui bahwa model pengekangan dengan spasing 65 mm dan 32,5 mm yang dilakukan terhadap balok tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kapasitas lentur namun sangat berpengaruh terhadap kuat geser dan daktilitas (yang ditunjukkan oleh momen kurvatur) sambungan balok dan kolom. Kondisi ini berlaku baik untuk pengekangan yang dilakukan di daerah tumpuan, maupun pengekangan pada bagian jalur tekan balok. Pengaruh paling nyata ditunjukkan pada spasing pengekangan dengan jarak 32,5 mm yang dipasang pada jalur tekan balok. Peningkatan kinerja sambungan balok dan kolom juga ditunjukkan dari defleksi pada intensitas beban yang sama, defleksi yang terjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan yang tanpa pengekang. Regangan baja yang terjadi juga mengalami penurunan sehingga pada beban puncak dan beban retak awal regangan leleh terjadi pada nilai beban P yang lebih besar. Berdasarkan pengamatan terhadap pola rambatan retak, pada balok yang memakai pengekang, pola keruntuhan yang terjadi adalah jenis keruntuhan lentur sehingga sifat keruntuhan yang terjadi lebih bersifat daktail. Kata Kunci : hubungan balok tinggi-kolom, pengekangan, perilaku