摘要:Handgrip strength in active and inactive elderly woman Backgrounds: Exercise is one of the factors determining handgrip strength. Lower handgrip strength is an indicator for lower Body Mass Index (BMI). The aim of this study is to compared differences in handgrip strength between active and inactive elderly woman. Methods: This was a cross-sectional study of 26 elderly active woman (spent ≥30 minutes for five times or more a week for exercise) and 26 elderly inactive woman (spent <30 minutes and less than five times a week for exercise). Subject were chosen through purposive sampling. Handgrip strength was measured with handgrip dynamometer. Questionnaire was used for measuring exercise activity. BMI value were obtained from body weight was measurement with digital scale and height measurement with microtoise. Data on energy and protein intake were obtained from food frequency semi quantitative questionnaire (FFSQ). Data analysed were using Kolmogorov-Smirnov, independent t-test, and anacova. Result: Most of active elderly woman (69.2%) had handgrip strength in sufficient category. There were significant differences of handgrip strength between the active and inactive elderly woman (p=0.001) and after being controlled by BMI, energy and protein intake per day (p=0.005). Conclusion: Routine exercise should be recommended to elderly for better handgrip strength.. ABSTRAK Latar belakang: Lansia wanita mempunyai kekuatan genggam yang lebih rendah daripada pria. Kebiasaan olahraga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan genggam. Nilai kekuatan genggam merupakan indikator nilai Indeks Massa Tubuh (IMT). Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kekuatan genggam pada lansia wanita yang aktif dan tidak aktif berolahraga. Metode: Studi cross-sectional pada 26 lansia wanita yang aktif (menghabiskan waktu ≥30 menit dan 5 kali atau lebih dalam seminggu untuk berolahraga) dan 26 lansia wanita yang tidak aktif (menghabiskan waktu <30 menit dan kurang dari 5 kali dalam seminggu untuk berolahraga). Sampel diperoleh dengan cara purposive sampling. Kekuatan genggam diukur menggunakan Handgrip Dynamometer. Kuesioner digunakan untuk mengetahui kebiasaan olahraga. IMT diperoleh dari data berat badan yang diukur dengan timbangan digital dan tinggi badan yang diukur dengan mikrotoa, sedangkan data asupan energi dan protein diperoleh dari Food Frequency Semi Quantitative Questionnaire (FFSQ). Analisis data dengan Kolmogorov-smirnov, Independent t-test dan Anacova. Hasil: Nilai kekuatan genggam sebagian besar lansia wanita yang aktif berolahraga (69,2%) dalam kategori cukup sedangkan sebagian lansia wanita yang tidak aktif berolahraga (53,8%) dalam kategori sangat kurang. Terdapat perbedaan kekuatan genggam sangat bermakna antara lansia wanita yang aktif dan tidak aktif berolahraga (p=0,001) dan setelah dikontrol dengan IMT, asupan energi dan protein (p=0,005). Simpulan: Latihan teratur perlu dilakukan para lansia agar memiliki kekuatan genggam yang baik.