摘要:Penelitian ini dirancang dengan pendekatan fenomenologi, yaitu mencari nomena di balik fenomena laku mistik balian usada. Titik pijak studi ini brdasarkan faktisitas: teks yoga dan usada yang terdapat dalam lontar ‘belum’ ditransformasikan sepenuhnya kepada ‘ahli warisnya’. Hal tersebut menyebabkan teks dimaksud menjadi semakin terpinggirkan, dalam arti bahwa tidak lagi bermakna bagi generasi masa kini. Hasilnya: (1) Secara teoritik laku mistik balian usada sesungguhnya didasarkan pada ajaran yoga sebagai diajarkan oleh Rsi Patanjali. Tetapi dalam praktiknya, diadaptasikan dengan pola yoga tantra yang unsur-unsurnya adalah yantra, mudra, mantra, kuthamantra, dan pranawa; (2) Formulasi bijaksara yang dipraktikkan oleh balian usada ternyata berpariasi dalam beberapa versi; dan (3) Penelitian ini juga menemukan: lokal jenius balian usada di Bali memiliki posisi tawar yang kuat dalam berinteraksi dengan pengaruh yang datang dari luar dirinya.
其他摘要:This research has been designed on the phenomenology perspective, understanding the nomena behind the phenomenon of mystic praxes by the balian usada in Bali. The starting point of this study are the facts that the yoga and the usada texts contained in the lontar are ‘not yet’ fully transformed to the ‘heirs’. This causes the texts to become increasingly marginalized in the sense that they are no longer meaningful to the present generations. The results of this study show, firstly, theoretically the mystical praxes of the balian usada are actually based on the teachings of yoga as taught by Rsi Patanjali. However in practice, there has been adaptation to the pattern of tantric yoga whose elements are yantra, mudra, mantra, kuthamantra, and pranava. Secondly, the bijaksara formulations practiced by the balian usada turned out to be varied into several versions. Thirdly, the study also found the local genius of the balian usada in Bali has a strong bargaining position in interacting withthe influences coming from outside of themselves.