首页    期刊浏览 2024年11月09日 星期六
登录注册

文章基本信息

  • 标题:AJA WERA, ANTARA LARANGAN DAN TUNTUNAN
  • 本地全文:下载
  • 作者:I Gusti Ketut Widana
  • 期刊名称:Dharmasmrti
  • 印刷版ISSN:1693-0304
  • 电子版ISSN:2620-827X
  • 出版年度:2019
  • 卷号:19
  • 期号:1
  • 页码:9-14
  • DOI:10.32795/ds.v10i1.330
  • 出版社:Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia
  • 摘要:Umat Hindu dikenal taat dan disiplin dalam menjalankan ajaran agamanya, terutama yang berkaitan dengan ritual ( yadnya ). Sehingga, walaupun relatif tidak menguasai landasan tattwa- jnananya, seperti teologi dan filosofinya, umat Hindu merasa mantap dan penuh keyakinan melaksanakan kewajiban ritualnya. Penyebabnya adalah kepatuhannya pada adagium ‘gugon tuwon’, yang biasanya disertai anak kalimat ‘nak mulo keto’ (memang sudah demikian adanya). Sehingga umat tinggal melaksanakan kewajiban ritual itu tanpa perlu bertanya apalagi mempertanyakan landasan kebenarannya. Konsekuensinya, kebanyakan umat Hindu relatif “awidya” (awam pengetahuan) dalam hal pemahaman tattwa (filsafat), tetapi disiplin dalam hal melaksanakan ritual (upacara). Kondisi keawaman pengetahuan itu semakin ajeg dengan adanya sesanti Aja Wera, yang dipahami sebagai bentuk “larangan” mempelajari atau mendalami ajaran agama. Jika larangan itu dilanggar, konon katanya akan menyebabkan orang bisa “inguh” (galau), yang apabila dibiarkan lama-lama bisa “buduh” (gila). Padahal, jika diselami sejatinya Aja Wera itu adalah konsep pembelajaran yang memberikan tuntunan kepada umat Hindu bahwa jika belajar atau mendalami ajaran agama diwajibkan untuk tidak mabuk atau sombong lantaran merasa telah pintar menguasai ajaran agama. Inilah kondisi dilematis konsep Aja Wera, berada di anatara larangan dan tuntunan.
  • 其他摘要:Umat Hindu dikenal taat dan disiplin dalam menjalankan ajaran agamanya, terutama yang berkaitan dengan ritual (yadnya). Sehingga, walaupun relatif tidak menguasai landasan tattwa- jnananya, seperti teologi dan filosofinya, umat Hindu merasa mantap dan penuh keyakinan melaksanakan kewajiban ritualnya. Penyebabnya adalah kepatuhannya pada adagium ‘gugon tuwon’, yang biasanya disertai anak kalimat ‘nak mulo keto’ (memang sudah demikian adanya). Sehingga umat tinggal melaksanakan kewajiban ritual itu tanpa perlu bertanya apalagi mempertanyakan landasan kebenarannya. Konsekuensinya, kebanyakan umat Hindu relatif “awidya” (awam pengetahuan) dalam hal pemahaman tattwa (filsafat), tetapi disiplin dalam hal melaksanakan ritual (upacara). Kondisi keawaman pengetahuan itu semakin ajeg dengan adanya sesanti Aja Wera, yang dipahami sebagai bentuk “larangan” mempelajari atau mendalami ajaran agama. Jika larangan itu dilanggar, konon katanya akan menyebabkan orang bisa “inguh” (galau), yang apabila dibiarkan lama-lama bisa “buduh” (gila). Padahal, jika diselami sejatinya Aja Wera itu adalah konsep pembelajaran yang memberikan tuntunan kepada umat Hindu bahwa jika belajar atau mendalami ajaran agama diwajibkan untuk tidak mabuk atau sombong lantaran merasa telah pintar menguasai ajaran agama. Inilah kondisi dilematis konsep Aja Wera, berada di anatara larangan dan tuntunan.
  • 关键词:Aja Wera; prohibition; guidance
  • 其他关键词:aja wera;tuntutan;larangan
国家哲学社会科学文献中心版权所有