首页    期刊浏览 2024年11月24日 星期日
登录注册

文章基本信息

  • 标题:Paradigma Pembelajaran Conditioning dalam Perspektif Pendidikan Islam
  • 本地全文:下载
  • 作者:Samsul Bahri
  • 期刊名称:Tadris: Jurnal Pendidikan Islam
  • 印刷版ISSN:1907-672X
  • 电子版ISSN:2442-5494
  • 出版年度:2017
  • 卷号:12
  • 期号:2
  • 页码:196-213
  • DOI:10.19105/tjpi.v12i2.1581
  • 出版社:State College of Islamic Studies Pamekasan (STAIN Pamekasan)
  • 摘要:Tulisan ini mengkaji tentang paradigma pembelajaran conditioning dalam perspektif pendidikan Islam. Metode yang digunakan deskriptis analisis,Kajian membuktikan beberapa kesimpulan: Pertama: bahwa paradigma teori belajar behavorisme hanya mempelajari psikologi empiris positif, yang menghilangkan makna jiwa dari tingkah laku. Sementara itu, teori belajar dalam Islam memandang makna jiwa dan tingkah laku menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kedua, kajian ini juga membuktikan bahwa teori belajar conditioning, teori belajar paling rendah dalam teori Ibn Miskawaih yakni hanya penguatan daya nafsu al-bahimiyyat, (jasmani) belum sampai daya al-ghadabiyyat dan yang tertinggi daya al-nathiqat.Ketiga, penelitian ini juga membuktikan teori belajar conditioning bukan hal yang baru, karena sudah ada Ibnu Sina menggunakan talqin suatu metode yang cara kerjanya berulang-ulang sampai mereka hafal dan menggunakan metode pembiasaan dalam proses pengajaran.Keempat, dalam Islam, belajar instrumen (alat) untuk mendapatkan pengalaman atau pengetahuan baru adalah akal dan hati. Akal (al-aql) berfungsi menjelaskan sesuatu lebih kepada ranah yang lebih umum dan praktis dan hanya mampu menjangkau hal-hal empiris, sedangkan hati (qalb) mampu memahami sesuatu secara lebih mendalam, baik hal-hal yang sifatnya fisik (empiris) maupun metafisik. akal mengelola informasi yang didapatkan melalui suatu proses, sedangkan hati menerima ilmu yang melalui suatu proses maupun ladunni. Katakunci: Pembelajaran, conditioning, pendidikan Islam.
  • 其他摘要:Tulisan ini mengkaji tentang paradigma pembelajaran conditioning dalam perspektif pendidikan Islam. Metode yang digunakan deskriptis analisis,Kajian membuktikan beberapa kesimpulan: Pertama: bahwa paradigma teori belajar behavorisme hanya mempelajari psikologi empiris positif, yang menghilangkan makna jiwa dari tingkah laku. Sementara itu, teori belajar dalam Islam memandang makna jiwa dan tingkah laku menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kedua, kajian ini juga membuktikan bahwa teori belajar conditioning, teori belajar paling rendah dalam teori Ibn Miskawaih yakni hanya penguatan daya nafsu al-bahimiyyat, (jasmani) belum sampai daya al-ghadabiyyat dan yang tertinggi daya al-nathiqat.Ketiga, penelitian ini juga membuktikan teori belajar conditioning bukan hal yang baru, karena sudah ada Ibnu Sina menggunakan talqin suatu metode yang cara kerjanya berulang-ulang sampai mereka hafal dan menggunakan metode pembiasaan dalam proses pengajaran.Keempat, dalam Islam, belajar instrumen (alat) untuk mendapatkan pengalaman atau pengetahuan baru adalah akal dan hati. Akal (al-aql) berfungsi menjelaskan sesuatu lebih kepada ranah yang lebih umum dan praktis dan hanya mampu menjangkau hal-hal empiris, sedangkan hati (qalb) mampu memahami sesuatu secara lebih mendalam, baik hal-hal yang sifatnya fisik (empiris) maupun metafisik. akal mengelola informasi yang didapatkan melalui suatu proses, sedangkan hati menerima ilmu yang melalui suatu proses maupun ladunni. Katakunci: Pembelajaran, conditioning, pendidikan Islam
  • 关键词:Pembelajaran; conditioning; pendidikan Islam
国家哲学社会科学文献中心版权所有