期刊名称:Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia: Lingua Litteria Journal
印刷版ISSN:2252-6722
出版年度:2020
卷号:9
期号:1
页码:26-31
DOI:10.15294/jpbsi.v9i1.38557
出版社:Universitas Negeri Semarang
摘要:Hubungan ideologis pada proses pembelajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA) tidak
dapat dielakkan, karena program BIPA adalah sebuah program yang berelasi dengan banyak pembauran
budaya di dalamnya. Bentuk bahasa (kata, kalimat, dan variasi bahasa) adalah bagian dari
faktor keberhasilan pengetahuan bagi pembelajarnya sebagai penerima konvensi. Bahasa tanpa
karakteristik budaya sama artinya dengan mempelajari bentuk gramatikal semata tanpa memperhatikan
makna. Sementara, inti dari berbahasa ialah apabila komunikasi yang terjalin dipahami karena
adanya makna dari bahasa itu sendiri. Artikel ini menjelaskan kemungkinan pola belajar dari
titik geografi imajinatif untuk menyoroti dan membangun identitas bahasa Indonesia yang dipelajari
melalui pendekatan Orientalisme Edward Said. Persepsi persoalan bahasa yang dipelajari dan
konstuksi identitas penutur yang mempelajarinya menjadi sebuah fenomena, hingga peran geografi
imajinatif menjadi penting. Ide dasar dalam artikel ini adalah mendesposisikan pengalaman belajar
dan mengajar menjadi strategi yang terpolakan sebagai langkah awal dalam memahami karakteristik
pembelajaran BIPA melalui dasar-dasar pengenalan dan pengetahuan geografi imajinatif dalam
prosesnya. Dalam hal ini, ide belajar bahasa biasanya mempertimbangkan kekuatan kelas serta
tingkat kebutuhan terhadap bahasa yang dipelajari. Studi tentang otoritas kelinguistikan dibahas
dengan menggunakan metode referensial, di dalamnya pembelajar bahasa asing menghadapi genre
teks budaya secara umum. Dua instrumen metodologis digunakan untuk menelaah lebih jauh, yaitu
memperhatikan karakateristik pembelajar BIPA dengan menggunakan perangkat formasi strategis
dan posisi strategis.
其他摘要:The ideological relationship in the Indonesian language learning process for foreign learning (BIPA) is inevitable, because the BIPA program is a program related to much cultural assimilation there. The form of language (sentences, sentences, and variations of language) is part of the success factors of knowledge for students as convention recipients. Language without cultural characteristics is synonymous with grammatical form features only without regard to meaning. Meanwhile, the core of the conversation about communication is intertwined because of the meaning of the language itself. This article explains about learning patterns from the point of imaginative geography to discuss and build Indonesian language identity which is learned through the discussion of Edward Said's Orientalism. The perspective of the language learned and the construction of the identity of the speakers who study it become a phenomenon, so the role of imaginative geography becomes important. The basic idea in this article exposes the experience of learning and teaching into a strategy that is thought of as a first step in understanding the characteristics of BIPA through the basics of knowledge and knowledge imaginative geography in the process. In this case, the idea of learning a language usually considers class and the level of need for the language being studied. The study of linguistics authority is discussed using referential methods, in which language expenditures translate cultural texts in general. Two methodological instruments are used to explore further, namely paying attention to the characteristics of BIPA spending using strategic formation and strategic positions tools.
关键词:Geografi imajinatif; Pembelajaran BIPA; Metode Formasi Strategis; Metode Posisi Strategis
其他关键词:Imaginative Geography; BIPA Learning; Strategic Formation Methods; Strategic Position Methods