摘要:The lack of documentation related to the potential of cultural values on the island of
Sumatra provides obstacles for the community. This case especially happen in the pattern
of delivering messages in the communication process. This condition provides a lot of
intepretation to understanding about regulations related of cultural values. Therefor
these obstacles can occur at various levels. It can be seen in the regulation of the
government system, at the district and provincial level, and traditional institutions in
each province. This study aims to examine the related message of two way asymmetrical
message model in creating synergy in environmental communication patterns in the
cultural wisdom of the people in Bengkulu province. This research was conducted using a
case study approach in qualitative research. Collecting data procedure used in this study
was purposive sampling, which is taking all information in research within accordance
certain criteria, using purposive sampling. In-depth interviews were conducted with
informant in the goverment institution we call it Badan Musyawarah Adat (BMA) and
independen traditional institution, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) in the
Bengkulu region, which is a community organization focused on issues of customs and
culture.The results show that the two way asymmetrical message model that occurs in one
process, can actually create a pattern of relationships between the environment, and
communication. This message model directly sees the environment as an important
object. The environment becomes a model for the formation of messages that are
informative for the community in carrying out activities related to the information they
are receiving. The process of studying messages, the cultural values of society can
actually revitalize the culture itself in the process of forming the message that has been
conveyed. This is what causes the symbolic meaning in the wisdom of communication in
the community environment.
其他摘要:Belum terdatanya seluruh potensi nilai budaya di Pulau Sumatera secara khusus
memberikan hambatan tersendiri bagi masyarakat. Khususnya dalam pola penyampaian
pesan dalam proses komunikasi. Kondisi ini memberikan banyak ruang dalam
pemahaman atas regulasi terkait nilai budaya tersebut. Hambatan ini dapat terjadi dalam
berbagai tingkatan. Seperti dalam regulasi sistem pemerintahan, di tingkat kabupaten,
provinsi dan pada lembaga-lembaga adat yang ada di setiap provinsi. Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan kajian terkait model pesan dalam menciptakan sinergisitas pola komunikasi lingkungan dalam kearifan budaya masyarakat di Provinsi Bengkulu.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi kasus dalam penelitian
kualitatif. Prosedur pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, yaitu mengambil semua informasi yang sesuai dengan kriteria
tertentu, dengan menggunakan pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling).
Wawancara mendalam dilakukan kepada informan yaitu, Badan Musyawarah Adat,
(BMA) yang menangani permasalahan adat istiadat di Provinsi Bengkulu dan Aliansi
Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) wilayah Bengkulu yang merupakan organisasi
masyarakat yang fokus dalam masalah adat dan budaya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa model pesan two way asymmetrical yang terjadi dalam satu proses, ternyata dapat
menciptakan pola hubungan antara lingkungan, dan komunikasi. Model pesan ini secara
langsung melihat lingkungan menjadi sebuah objek yang penting. Lingkungan menjadi
sebuah model pembentukan pesan yang bersifat informatif bagi masyarakat dalam
menjalankan aktivitas terkait informasi yang sedang mereka terima. Proses pada telaah
pesan, nilai- nilai budaya masyarakat ternyata dapat merevitalisasikan budaya itu sendiri
dalam proses pembentukan pesan yang telah tersampaikan. Hal ini yang menyebabkan
adanya pemaknaan simbolik dalam kearifan komunikasi dalam lingkungan masyarakat.