摘要:Wali asuh dalam pesantren berperan dalam menanggulangi penurunan
efektifitas kegiatan santri yang diakibatkan semakin banyaknya jumlah
peminat pesantren modern dan semi modern dewasa ini. Intisari dari
adanya wali asuh adalah sebuah ide pembaruan di pesantren sebagai upaya
meningkatkan efektifitas kegiatan dan memudahkan pemantauan aspek
psikis santri secara perorangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
studi kasus di pesantren Nurul Jadid yang berlokasi di Kabupaten
Probolinggo. Hasil penelitian menunjukkan beberapa strategi yang harus
dilakukan wali asuh dalam perannya sebagai pengganti orang tua santri.
Pertama, wali asuh melakukan pendekatan awal dengan menjadi
pendengar yang baik santri asuh untuk menghimpun informasi tentang
dunia kehidupannya. Kedua, pemeran wali asuh harus berbeda dengan
pemeran pengurus harian untuk memberikan ruang pendekatan pribadi,
bukan kolektif. Ketiga, wali asuh berperan pula sebagai motivator, konselor
dan pengganti orang tua bagi santri asuh.
其他摘要:Guardianship in pesantren functions to solve the decrease of effectiveness
of santri’s activities along with the increase of new santri in number within
modern and semi-modern pesantren. The core values of guardianship here
is an innovation in pesantren to increase impact of activities and to make
ease individual monitoring towards santri’s psychological and life aspects.
This research implements case study approach to Pesantren Nurul Jadid
located in Probolinggo Regency. Results show several strategies in the
guardianship implementation in order to substitute parental roles. First,
guardians act as listeners to santri in order to collect their life-aspect
information. Second, guardians are individually different from those acting
as pesantren daily committee member in order to provide more private
approach to santri rather than a collective one. Third, guardians act as
motivators, counselors, and parents for santri during their study in
pesantren.