摘要:Optimisme peran dan persistensi petani kecil sebagaimana pandangan Alexander Chayanov perlu lebih didalami dengan melihat komposisi demografis keluarga masyarakat tani,khususnya generasi muda mereka.Tulisan ini mengkaji adanya krisis regenerasi pertanian Indonesia yang lebih disebabkan adanya kendala-kendala struktural berupa politik pengalokasian tanah skala besar untuk korporasi;dan kendala kultural yang bersifat patriarkis dan grontokratis;alih-alih absennya motivasi generasi muda.Ketika kendala-kendala tersebut dapat dihilangkan,sebagaimana yang ditunjukkan dalam kasus di dua desa di kepulauan Halmahera dan satu desa di Kulonprogo,Yogyakarta,maka terbuka peluang besar keterlibatan mereka.Antusiasme generasi muda akan tumbuh ketika segenap akses terbuka luas bagi mereka,yakni berupa tanah,keterbukaan tenaga kerja,pengetahuan pertanian,serta kebijakan pertanian skala rumah tangga.
其他摘要:The opitimism and persistence of small farmers,such as Alexander Chayanov’s view,need to be thoroughly explored by examining the demographic composition of the farmers’ families,especially those of their younger genarations.The paper is aimed at finding the critical existance of the Indonesian agricultural regeneration caused by the structural constraints.They can be in the form of political large-sacle land alocation for corporates;and other stuctural patriarchal and grontocratic constraints;instead of the young generations’ motivation.If the above constraints are able to be eliminated,as two cases in Halmahera islands and one village in Kulonprogo regency,Yogyakarta,there will be large opportunity for them.The youths’ enthusiasm will grow if there is an open access for them.The access can be in the form of land,work opportunity,knowledge on agriculture as well as agricultural policy for household-scale.
关键词:generasi muda pertanian;politik alokasi;budaya patriarkis dan grontokratis;akses
其他关键词:youth farming generation;alocation policy;patriarchal and grontocratic cultures;access.