摘要:Tulisan ini membahas pentingnya jurnalisme sensitif bencana dalam ruang redaksi media massa.Yogyakarta dan wilayah sekitarnya yang telah mengalami bencana gempa 2006 dan erupsi Merapi 2010 menjadi area yang menarik untuk dikaji.Para wartawan,mulai wartawan yang di lapangan sampai redaktur yang berada di ruang redaksi,menjadi saksi sekaligus korban bencana.Pengalaman menjadi saksi dan korban bencana telah menjadi laboratorium jurnalisme sensitif bencana yang disebut sebagai jurnalisme optimis.Istilah ini menjadi oposisi biner bagi jurnalisme air mata yang lebih umum digunakan oleh media massa di Indonesia.
其他摘要:This article discusses the significances of disaster-sensitive journalism on the mass media’s editorial.Yogyakarta and the surrounding areas are selected to be the case study due to the earthquake and the eruption occurred in 2006 and 2010.The disasters that endangered numerous journalists,ranging from field staff to head editors,made them not only be the witnesses,but also the victims.These experiences become one of the essential sources for the disaster-sensitive journalism or optimistic journalism.The term turns out to be the binary opposition of journalism of tears which is getting prevalent in the recent Indonesian mass media.