期刊名称:Palapa: Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan
印刷版ISSN:2338-2325
电子版ISSN:2540-9697
出版年度:2015
卷号:3
期号:1
页码:40-49
DOI:10.36088/palapa.v3i1.751
语种:English
出版社:STIT Palapa Nusantara
摘要:Komunikasi lintas budaya Holmes yang berkaitan dengan esensi kesopanan selama dekade belakangan ini menjadi satu acuan ketika mas alah kesopanan dipersoalkan. Artinya,secara mudak kerangka berpikir tersebut bisa dikatakan berlaku secara universal. Namun demikian,hal semacam itu mulai terbantahkan ketika satu fenomena sosial yang terjadi di masyarakat Peroe dijadikan scbagai bahan bandingan. Secara umum,Holmes menyatakan bahwa semakin tinggi kelas sosial seseorang,maka tingkat imperatif cenderung digunakan. Tetapi scbalikmya,hal yang demikian justru tidak berlaku pada prosesi Sorong Serah Aji Krama masyarakat Peroe. Pada fenomena yang dimalsud,tidak terihat sama sekali penonjolan kelas sosial atas maupun rendah terkait dengan kesantunan. Selain itu,besar pula kemungkinan formula Holmes tadi berlaku terbalik pada fenomena tersebut. Atas dasar asumsi tersebut,dapat disimpulkan bahwa (1) stratifikasi sosial yang dikorelasikan dengan kesantunan dalam prosesi adat di masyarakat Peroe,betbanding terbalik dengan formula yang disajikan Holmes;(2). pada komunikasi lintas kelas,modus imperatif lebih cenderung digunakan kelas sosial tinggi terhadap kelas sosial yang ada di bawahnya,tidak berlaku dalam prosesi adat di masyarakat Peroe..
关键词:eksistensi;prosesi adat sasak;kesantunan dan penggunaan bahasa