摘要:T.T etika Denida ( 1978) mengumumkan sebuah metode interpretasi atas teks, A-*u.una, dan peristiwa yang kemudian disebut dengan dekonstruksi, maka pada saat itu semakin nampak bahwa ada kaitan antara kepentingan(interest) dan metode interpretasi. Cara individu, kelompok maupun rezim dalam menginterpretasikan fenomena sosial tidak dapat lepas dari dorongan atas kepentingan tertentu. Oleh karena itu sebuah pepatah konservatif yang mengatakan, "metode interpretasi benifat netral, dan yang tidak neffal adalah penggunaannya", tidak dapat lagi dibenarkan dari sudut epistemologi. Dalam prakteknya, setiap kepentingan - dalam hal ini kepentingan politis -- akan mendorong penggunaan metode interpretasi tertentu, tentu saja metode yang mendukung kepentrngan tersebut. Dalam konteks ini, D.oida menegaskan bahwa interpretasi bersifat sewenangwenang sehingga setiap orang, kelompok dan rezim berhak melakukan interpretasi atas teks. pada sisi lain, Habermas (1972) denganjitu merumuskan sebuah hipotesis. "terdapat kaitan strategis antara pengetahuan manusia (baik empiris-analitis. historis-hermeneutik, maupun kritis) dengan kepentingan (teknis, praklis, atau emansipatoris)"' Meskipun demikian, tidak dapat diingkari bahwa secara praktis yang berlangsung justru sebaliknya, yaitu bisa jadi pengetahuan merupakan produk dari kepentingan.