摘要:Politik luar negeri Amerika Serikat (AS) di awal abad ke-21 dipandang cenderung lebih memperkuat peran hegemonik Amerika di dunia daripada sebelumnya (Granger, 2003). Banyak analis politik luar negeri AS akan merujuk pada pembentukan the Project for the New American Century (PNAC) di tahun 1997 sebagai titik perubahan yang paling penting. Dibentuk oleh sejumlah tokoh neokonservatif berpengaruh dan para pendukung military-industrial complex, PNAC berusaha keras untuk merumuskan 'politik luar negeri AS pasca-perang dingin yang diperbarui'. 'Politik luar negeri yang diperbarui' ini ditujukan untuk mempertahankan dan memajukan supremasi Amerika di segala bidang dengan segala cara, dengan sebuah 'imperium Amerika yang baru' menjadi tujuan utamanya. Menyusul serangan 11 September 2001 (untuk selanjutnya disebut 11/9), mereka yang disebut sebagai 'sayap kanan' dari pemerintahan Bush telah menggunakan 'perang melawan terorisme' untuk memajukan ide radikal mereka bahwa hegemoni Amerika harus diperkuat untuk mencapai prinsip utama dari supremasinya, yaitu keunggulan tak tertandingi di semua aspek. Apa yang mereka inginkan adalah sebuah dunia yang unipolar, di mana AS "imposes the rules but, because of its own self-evident goodness, is not necessarily bound by them" dan boleh bertindak secara sepihak, jika tindakan sepihak itu dapat melayani kepentingan Amerika (Barry dan Lobe, 2002).
其他摘要:Post-9/11 American foreign policy has been viewed by many as, if anything, reactualising American grand strategy to form a 'new American Empire'. This is arguably the greatest ideal long imagined by some groups of 'flea-conservatives' that dominating Bush
其他关键词:politik luar negeri; hegemony; kesetimbangan kekuatan