期刊名称:Karsa: The journal of Social and Islamic Culture
印刷版ISSN:2442-3289
电子版ISSN:2442-4285
出版年度:2014
卷号:22
期号:2
页码:202-210
DOI:10.19105/karsa.v22i2.525
语种:Indonesian
出版社:State College of Islamic Studies Pamekasan (STAIN Pamekasan)
摘要:Fenomena kalebun bebini’ (kepala desa perempuan) pada masyarakat Madura yang semakin merebak, tidak jarang hanya sebagai penerus dan melestarikan kekuasaan yang sebelumnya dimiliki oleh suami, bapak atau bahkan kakek mereka. Sehingga tulisan ini bermaksud mengungkap: Pertama: bagaimana konstruksi budaya Madura tentang peran dan posisi perempuan sebagai kalebun. Kedua: bagaimana mekanisme yang dilakukan oleh kaum laki-laki dalam menempatkan perempuan sebagai penerus kekuasaan politik pada kekuasaan desa (kalebun). Ketiga, bagaimana relevansi potensi dan kompetensi perempuan dalam posisinya sebagai Kalebun. Selanjutnya tulisan ini akan menggunakan empat pendekatan Pertama: pendekatan subyektif, dimaksudkan untuk mengetahui alasan atau motif serta apa yang sebanarnya yang diinginkan perempuan ketika menjabat sebagai kalebun, dalam faktanya posisi kalebhun yang diperankan tidak lebih dari keinginan outside view. Kedua, pendekatan relasional, yaitu melihat pola relasi yang terbangun dalam keluarga dan masyarakat anatara laki-laki dan perempuan. Pada konteks ini proses menjadi kalebun bebhini’ telah memunculkan relasi dominatif dan subordinat melalui public transcript. Ketiga, pendekatan struktural, institusi kalebun dimaksudkan untuk membuat tatanan masyarakat yang bermartabat, dikotori oleh praktik-praktik politik kekuasaan yang tanpa makna dengan membolehkan berbagai cara, termasuk menjadi perempuan sebagai obyek keberlangsungan kekuasaan. Keempat, tulisan ini sebagai seruan moral untuk membangun kesadaraan kolektif untuk mengedepankan politik makna, dengan menjunjung integritas dalam kepemimpinan.
其他摘要:Phenomenon of kalebun bebini (women village head) in Madura society increasingly widespread, not infrequently just as successors and conservationists of power previously owned by their husbands, fathers or even their grandparents. So this paper intends to reveal: First, how cultural construction of Madura about the role and position of women as kalebun. Second, how the mechanism performed by men in regard women as a successor to the political power in the village authority (kalebun). Third, how the relevance of potential and competence of women in her position as kalebun. Furthermore, this paper will use four approaches: First, a subjective approach, intended to find out the reasons or motives, and what is actually desired by women when she served as kalebun, in fact position of the kalebun played no more than desire of outside view, Second, the relational approach, which is to see the pattern of relationships which are built into the family and society between men and women. In this context, the process of becoming kalebun bebhini has given rise to dominating and subordinating relationships through public transcript. Third, the structu ral approach, kalebun institution intended to create a dignified social order, littered by practices of power politics without meaning to allow a variety of ways, including being women as the survival objects of power. Fourth, this paper as a moral appeal to build a collective consciousness to promote politics of meaning, by upholding integrity in leadership.