摘要:Akhir-akhir ini Orang Rimba sebagai Komunitas Adat Terpencil (KAT) mengalami marjinalisasi terhadap perubahan sosial budaya yang terjadi.Hal ini mengundang berbagai aktor untuk melakukan pemberdayaan melalui pendidikan penyaradaran dan advokasi untuk membangun kesadaran kritis Orang Rimba,baik menyangkut sosialbudaya dan ekonomi mereka.LSM yang memiliki fokus pada konservasi hutan dan penyelamatan komunitas adat lokal khusunya Orang Rimba ialah Komunitas Konservasi Indonesia Warsi (KKI Warsi).Sejak tahun 1997,KKI Warsi telah melakukan pemberdayaan guna pengembangan kehidupan Orang Rimba dengan berbagai macam program pemberdayaan.Adapun tujuan penelitian yaitu: (1) mendeskripsikan aktivitas pemberdayaan Orang Rimba yang dilakukan KKI Warsi,(2) mendeskripsikan tanggapan Orang Rimba terhadap pemberdayaan yang dilakukan KKI Warsi.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.Informan penelitian dipilih dengan teknik purposive sumpling dan pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam serta observasi terlibat.Terdapat 13 orang informan dalam penelitian ini yaitu delapan orang informan pelaku dan lima orang informan pengamat.Penelitian ini menggunakan teori Tindakan Komunikatif dari Jurgen Habermas.Temuan penelitian yaitu aktivitas pemberdayaan Orang Rimba yang dilakukan KKI Warsi di Desa Bukit Suban melalui pendidikan alternatif berupa: (1) pembinaan di basecamp KKI Warsi,(2) kelas jauh,dan (3) memfasilitasi ke sekolah formal.Selain itu,pembinaan melalui Radio Benor FM untuk meningkatkan keahlian anak-anak Orang Rimba dalam teknologi informasi.Adapun tanggapan Orang Rimba terhadap pendidikan alternatif yang dilakukan KKI Warsi belum mendapat dukungan penuh akibat kehidupan marginal yang masih mereka hadapi.Kemudian,sekolah formal masih dianggap tabu bagi Orang Rimba.
其他摘要:Recently,The Orang Rimba as Remote Indigenous Communities (Indonesian: Komunitas Adat Terpencil,abbreviated as KAT) have been marginalized to the occuring socio-cultural changes.This attracts various actors to empower them through awareness education and advocacy in order to build critical awareness of the Orang Rimba,regarding their socio-culture and economy.The NGO that focuses on forest conservation and saving local indigenous communities especially the Orang Rimba is the Indonesian Warsi Conservation Community (Indonesian: Komunikasi Konservasi Indonesia Warsi,abbreviated as KKI Warsi).Since 1997,KKI Warsi has been doing empowerment to develop the lives of the Orang Rimba with various empowerment programs.The research objectives are: (1) describing the empowerment activities of the Orang Rimba by KKI Warsi,(2) describing the tanggapanse of the Orang Rimba to the empowerment carried out by KKI Warsi.This research uses a qualitative approach.Research informants were selected using purposive sumpling techniques and data collection using in-depth interviews and engaged observation.There were 13 research informants,namely eight actor informants and five observatory informants.This study uses the Communicative Action theory from Jurgen Habermas.The research findings are the activities of the Orang Rimba empowerment carried out by KKI Warsi in Bukit Suban Village through alternative education in the form of: (1) coaching at the KKI Warsi basecamp,(2) distant classes,and (3) facilitating to formal schools.In addition,coaching through Radio Benor FM to improve the expertise of the Rimba’s children in information technology.The Orang Rimba tanggapanse to alternative education conducted by KKI Warsi has not received full support due to the marginal life they still face.Furthermore,formal schooling is still considered a taboo for the Orang Rimba.