摘要：Denpasar has a variety of heritage assets that are still used by the people.Living Culture or intangible cultural heritage refers to the practices,representations,expressions,knowledge and skills owned by local community.Globalization and information technology are factors that influence people to change and reinterpret their traditions that have been carried out for generations.This paper aims to explore the role and rights of the community to safeguarding their architecture and built environment.From this study can be concluded that the changes made to the architecture and built environment are mostly carried out by following the current trends as a representation of the economic capacity of the owner and sometimes ignoring the rules and knowledge/tatwa and norm/susila that were previously used by the community for spatial arrangement of their environment.In the past,knowledge was possessed by Brahmins in the power of the king,and the people only carry out traditions with little knowledge of the meaning contained in it.The knowledge stored in artefacts needs to be socialized or published so the changes made are still rooted in the local cultural character and can maintain the identity of the city of Denpasar.
其他摘要：Denpasar memiliki berbagai pusaka budaya yang masih digunakan oleh masyarakatnya sampai saat ini.Living culture atau aset pusaka tan ragawi mengacu pada praktek budaya,representasi,ekspresi,ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat local.Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi adalah beberapa factor yang mempengaruhi masyarakat untuk mengubah dan melakukan re-interpretasi pada tradisi yang telah diturunkan dari beberapa generasi.Tulisan ini ingin mengupas tentang peranan masyarakat dalam menjaga dan melestarikan pusaka tan ragawi termasuk didalamnya arsitektur dan lingkungan terbangun.Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa perubahan yang terjadi mengikuti trend sebagai representasi kemampuan ekonomi dari pemiliknya dan kadang mengabaikan filosofi dan pengetahuan/tatwa dan etika/susila yang biasanya digunakan oleh masyarakat dalam menata keruangan dan lingkungan mereka.Pada masa lalu pengetahuan dimiliki oleh kaum Brahmana dalam kekuasaan raja,dan masyarakat hanya memiliki sedikit pengetahuan dalam menjalankan tradisi dan makna yang terkandung di dalamnya.Pengetahuan yang tersimpan dalam artefak harus disosialisasikan sehingga perubahan yang terjadi masih tetap mengakar pada budaya local dan tetap mampu menjaga identitas kota Denpasar.
关键词：Safeguarding;Living culture;The role of community
