摘要:Gambir merupakan tanaman perkebunan yang cukup banyak di Sumatera Barat dengan
produksi tahun 2014 sekitar 17.160 ton. Dari produksi tersebut akan menghasilkan limbah
cair sekitar 4.290.000 L yang dibuang di sekitar area produksi dan belum dimanfaatkan.
Limbah cair tersebut berbau asam dengan pH 3-4 dan berpotensi mencemari lingkungan
sekitarnya. Kandungan tanin dari limbah cair ini cukup tinggi sehingga sangat baik untuk
dimanfaatkan sebagai pewarna. Tujuan penelitian adalah memanfaatkan limbah cair gambir
sebagai pewarna pada beberapa jenis kain batik. Penelitian ini memvariasikan perlakuan
penggunaan 4 jenis kain yaitu kain katun, kain sutera, kain viskos, dan kain dobi, dengan
penambahan logam mordan Al2(SO4)3, CaO, dan FeSO4. Hasil penelitian didapatkan arah
warna kain bervariasi dari coklat muda, coklat sampai coklat kehitaman. Jenis kain viskos
memberikan intensitas warna paling tinggi, diikuti dengan kain dobi. Kain sutera dan kain
katun memberikan intensitas yang tidak berbeda nyata. Hasil uji ketahanan luntur warna
terhadap pencucian 40oC, sinar matahari, dan gosokan pada umumnya bernilai baik sampai
baik sekali (nilai 4-5). Hasil pengujian ketahanan sobek kain bila dibandingkan dengan kain
blanko memperlihatkan bahwa pencelupan dengan gambir tidak menurunkan kekuatan
sobek kain.
其他摘要:Gambier is a potential plant in West Sumatra with production about 17,160 tonnes in 2014. It will be released about 4,290,000 L of unutilized wastewater from that production which is dumped around production area. The wastewater odor is acidic with pH of 3-4 and contaminating the surrounding environment. Tannin content of the wastewater is high enough so it is good to be used as a dye. The research objective was to utilize wastewater of gambir as a dye in some types of batik fabrics. Variations of treatment in this study were 4 types of fabrics: cotton, silk, viscose and dobby, and addition of mordant metal Al2(SO4)3, CaO, and FeSO4. The result showed that the color direction of the fabrics varied from light brown, brown to blackish brown. Viscose fabric provided the highest color strength, followed by dobby fabrics. Silk and cotton fabrics produced non significant color strength. The test results of color fastness to washing in 40°C, light, and rubbing were generally good to excellent value (4-5). Test result of tear strength when compared with fabric blank showed that dyeing with gambir not reduce the fabric tear strength. ABSTRAK Gambir merupakan tanaman perkebunan yang cukup banyak di Sumatera Barat dengan produksi tahun 2014 sekitar 17.160 ton. Dari produksi tersebut akan menghasilkan limbah cair sekitar 4.290.000 L yang dibuang di sekitar area produksi dan belum dimanfaatkan. Limbah cair tersebut berbau asam dengan pH 3-4 dan berpotensi mencemari lingkungan sekitarnya. Kandungan tanin dari limbah cair ini cukup tinggi sehingga sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai pewarna. Tujuan penelitian adalah memanfaatkan limbah cair gambir sebagai pewarna pada beberapa jenis kain batik. Penelitian ini memvariasikan perlakuan penggunaan 4 jenis kain yaitu kain katun, kain sutera, kain viskos, dan kain dobi, dengan penambahan logam mordan Al2(SO4)3, CaO, dan FeSO4. Hasil penelitian didapatkan arah warna kain bervariasi dari coklat muda, coklat sampai coklat kehitaman. Jenis kain viskos memberikan intensitas warna paling tinggi, diikuti dengan kain dobi. Kain sutera dan kain katun memberikan intensitas yang tidak berbeda nyata. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40oC, sinar matahari, dan gosokan pada umumnya bernilai baik sampai baik sekali (nilai 4-5). Hasil pengujian ketahanan sobek kain bila dibandingkan dengan kain blanko memperlihatkan bahwa pencelupan dengan gambir tidak menurunkan kekuatan sobek kain.