期刊名称:JP-BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia)
印刷版ISSN:2477-5932
电子版ISSN:2477-846X
出版年度:2017
卷号:1
期号:2
页码:76-82
DOI:10.26737/jp-bsi.v1i2.95
出版社:STKIP Singkawang
摘要:Linguistik tidak sekadar membahas bahasa secara internal, melainkan juga hal-hal yang berada di luar bahasa, termasuk waktu, situasi, dan pengguna bahasa. Pada awalnya dipahami bahwa setiap kata bersifat otonom, bisa berdiri sendiri dan dimaknai hanya dengan merujuk kata yang digunakan. Namun kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Penggunaan kata, khususnya verba, selalu berkaitan dengan hal lain yang berada di luar bahasa. Hal ini mencakup kapan suatu verba digunakan dan bagaimana suatu verba bisa berubah (secara morfologis) karena diakibatkan proses-proses yang menyertai atau berada dalam kegiatan berbahasa. Dalam hal ini, istilah semantik verba perlu diberikan perhatian secara serius karena setiap makna yang timbul akibat penggunaan kata kerja (verba) tidak bisa lepas dari aspek-aspek luar bahasa (ekstralinguistik). Sumarlam (2004: ix) menyebutkan bahwa aspektualitas merupakan unsur semestaan bahasa. Istilah ini diambil sebagai ‘common thought’ yang mencakup aksionalitas dan aspek [7]. Aspektualitas merupakan gejala ekstralinguistik yang mencakup unsur waktu (time, temporal, moment) dan unsur situasi ( state, event, process, dan activity). Bagi beberapa kalangan pengguna bahasa, konsep waktu bisa dipahami dengan konfigurasi antara struktur aspektualitas dan temporalitas yang lazim berlaku di masyarakat. Makalah ini membahas pengungkapan penanda waktu internal situasi (aspektualitas) dalam cerita daerah Melayu Sambas.Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan dan mengungkap penggunaan pemarkah aspektualitas dalam tulisan-tulisan yang ada di cerita daerah. Pengungkapan ini diilakukan dengan sudut pandang sintaksis melalui aspek frasa. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif.
其他摘要:Linguistik tidak sekadar membahas bahasa secara internal, melainkan juga hal-hal yang berada di luar bahasa, termasuk waktu, situasi, dan pengguna bahasa. Pada awalnya dipahami bahwa setiap kata bersifat otonom, bisa berdiri sendiri dan dimaknai hanya dengan merujuk kata yang digunakan. Namun kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Penggunaan kata, khususnya verba, selalu berkaitan dengan hal lain yang berada di luar bahasa. Hal ini mencakup kapan suatu verba digunakan dan bagaimana suatu verba bisa berubah (secara morfologis) karena diakibatkan proses-proses yang menyertai atau berada dalam kegiatan berbahasa. Dalam hal ini, istilah semantik verba perlu diberikan perhatian secara serius karena setiap makna yang timbul akibat penggunaan kata kerja (verba) tidak bisa lepas dari aspek-aspek luar bahasa (ekstralinguistik). Sumarlam (2004: ix) menyebutkan bahwa aspektualitas merupakan unsur semestaan bahasa. Istilah ini diambil sebagai ‘common thought’ yang mencakup aksionalitas dan aspek [7]. Aspektualitas merupakan gejala ekstralinguistik yang mencakup unsur waktu (time, temporal, moment) dan unsur situasi ( state, event, process, dan activity). Bagi beberapa kalangan pengguna bahasa, konsep waktu bisa dipahami dengan konfigurasi antara struktur aspektualitas dan temporalitas yang lazim berlaku di masyarakat. Makalah ini membahas pengungkapan penanda waktu internal situasi (aspektualitas) dalam cerita daerah Melayu Sambas.Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan dan mengungkap penggunaan pemarkah aspektualitas dalam tulisan-tulisan yang ada di cerita daerah. Pengungkapan ini diilakukan dengan sudut pandang sintaksis melalui aspek frasa. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif.