首页    期刊浏览 2025年06月29日 星期日
登录注册

文章基本信息

  • 标题:PEMANFAATAN BATU APUNG (PUMICE) LOMBOK DAN BAKTERI (BACCILLUS SUBTILIS) SEBAGAI AGENT PERBAIKAN KERUSAKAN RETAK PADA BETON
  • 本地全文:下载
  • 作者:Ida Rochani ; Agus Prasetyo ; Agus Kurniawan
  • 期刊名称:Majalah Geografi Indonesia
  • 印刷版ISSN:0215-1790
  • 电子版ISSN:2540-945X
  • 出版年度:2016
  • 卷号:30
  • 期号:1
  • 页码:49-57
  • DOI:10.22146/mgi.15629
  • 出版社:Universitas Gadjah Mada
  • 摘要:Batu apung (pumice) merupakan bahan lokal yang banyak terdapat di wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Komposisi batu apung mengandung silika tinggi yaitu antara 52,30% - 65,60% dapat digunakan sebagai pozolan. Penggunaan batu apung (pumice) sebagai campuran pada penyusunan beton ringan yang mempunyai kuat tekan dan kuat lentur yang baik. Beton juga rentan terhadap kerusakan yang dapat bersumber dari beban ekstrim, serangan kimia dan kondisi lingkungan. Faktor kualitas beton berpengaruh terhadap proses terjadinya keretakan beton. Produksi semen dalam penggunaan campuran beton dapat memberikan kontribusi 10% emisi CO2 ke atmosfer. Retak mikro merupakan fenomena yang tidak dapat terhindari, akan tetapi retak kecil dapat di atasi yang disebut penyembuhan autogenous atau self-healing beton. Metode yang digunakan dalam perbaikan mandiri pada keretakan beton adalah pemanfaatan peranan bakteri Bacillus subtilis yang terenkapsulasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan enkapsulasi bakteri B. subtilis dalam campuran beton dengan campuran pozolan batu apung (pumice) terhadap kemampuan menutup retak beton. Metode analisis penelitian self-healing beton berdasarkan tinjauan kimia, mekanik, fisis dan keberlanjutan secara ekonomi, toksi lingkungan, sosial. Tinjauan kimia pozolan batu apung Lombok mengandung SiO2 sebesar 56,56% dan Al2O3 sebesar 14,77% apabila bercampur dengan B. subtilis kurang signifikan sebagai self-healing beton dengan kadar perbaikan hanya 5,6%. Kuat lentur tertinggi terjadi dalam persentase enkapsulasi 3% dan diameter enkapsulasi 4 mm sebesar 1.497 KPa. Kuat tekan beton sebesar 21,053 MPa dalam persentase enkapsulasi 3% dan diameter enkapsulasi 2 mm. Analisis SEM menyatakan bahwa peranan bakteri B. subtilis dan pozolan batu apung terlihat adanya serabut - serabut kecil yang menghubungkan antar partikel beton. Kadar persentase perbaikan mandiri dalam retak beton mencapai 5,6% dalam diameter enkapsulasi 4 mm dan persentase enkapsulasi 7%. Self-healing dalam kerusakan beton dapat mengurangi produksi semen sehingga akan mengurangi emisi CO2 di atmosfir. Self-healing dapat menghemat biaya Rp.442.725 / m3 karena tanpa adanya biaya perawatan beton apabila terjadi kerusakan. Pengurangan emisi CO2 akibat pengurangan produksi semen berpengaruh terhadap kesehatan pernafasan sehingga akan mengurangi biaya perawatan kesehatan sehingga tidak menambah biaya kesehatan.
  • 关键词:batu apung; bacillus subtilis; self-healing; keberlanjutan
国家哲学社会科学文献中心版权所有