出版社:Program Studi Ilmu Lingkungan,Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro
摘要:Kawasan karst merupakan ekosisten unik dan dijumpai gua-gua yang merupakan objek wisata yang potensial untuk dikembangankan. Salah satu kawasan wisata gua yakni Kali Suci Caving dan Tubing. Kelompok Sadar Wisata Desa Pacarejo (KSWDP), Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul mengelola Kali Suci Caving dan Tubing (KSCT) sejak tahun 2012. Untuk merespon keinginan pengunjung area wisata maka perilaku manejemen pengelola dan perilaku pengunjung sebaiknya dikaji namun sedikit sekali pengelola area wisata mengkaji hal tersebut. Bagaimana KSWDP tersebut mengelola KSCT untuk merespon keinginan pengunjung dilakukan kajian perilaku pengelola dan perilaku pengunjung. Bauran pemasaran diaplikasikan pada kajian ini. Parameter yang dikaji yakni produk yang ditawarkan pengelola wisata kepada pengunjung, penentuan harga tiket dan penilaian pengunjung terhadap harga tiket, dan jenis promosi yang dilaksanakan oleh pengelola. Tokoh kunci dan responden yang diwawancarai yakni: Kepala Desa Pacarejo, Ketua KSWDP, dan pemandu wisata. Data bauran pemasaran tersebut dianalisis dengan pendekatan kualitatif sedangkan untuk mengetahui perilaku pengunjung dilakukan survei terhadap 72 orang responden dan dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Objek Wisata Kali Suci merupakan objek wisata minat khusus yang terdiri dari gua, di dalamnya terdapat sungai bawah tanah yang memiliki daya tarik untuk caving dan tubing dengan menghabiskan waktu sekitar 35 – 40 menit. Untuk meningkatkan kepuasan pengunjung, maka 1) secara fisik objek wisata KSCT perlu diperpanjang ke arah hulu Sub DAS Kali Suci, sehingga waktu pengunjung untuk menikmati wisata caving dan tubing menjadi lebih lama, 2). Harga tiket kegiatan rekreasi sebesar Rp. 80.000,-/orang dan dikatakan wajar oleh seluruh pengunjung yang diwawancarai, sesuai dengan jasa wisata yang ditawarkan, dan 3). Promosi telah dilakukan oleh pengelola area wisata Kali Suci melaui media sosial, biro travel, dan melalui pengunjung yang pernah mengunjungi Kali Suci, namun demikian jumlah pengunjung mulai tahun 2016 mengalami penurunan. Menurut pengelola KSCT, penurunan jumlah pengunjung akibat dari Badai Cempaka yang terjadi pada tahun 2017. Di sisi lain, jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Gunungkidul sebagai daerah semestanya memengalami kenaikan sejak tahun 2008–2017. Oleh karena itu, pengelola KSCT perlu memahami lingkungan bisnis pariwisata dan perilaku pengunjung objek wisata minat khusus yang memiliki segmen pasar: petualang yang sebagian besar berumur muda, dan berpendidikan. Promosi perlu difokuskan pada segmen pasar tersebut. Di samping penguasaan caving dan tubing, pemandu wisata perlu dibekali pengetahuan tentang pembentukan dan ekosistem gua, sehingga dapat menjelaskan secara komprehensif tentang ekosistem gua tersebut.