出版社:Program Studi Ilmu Lingkungan,Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro
摘要:Rehabilitasi lahan dan reklamasi hutan merupakan dua contoh upaya pemenuhan kebutuhan akan kayu nasional. Program ini melibatkan proses regenerasi tanaman yang diawali dengan pembibitan tanaman hutan, misalnya dengan metode persemaian modern yang dapat mempercepat waktu kesiapan bibit. Persemaian modern merupakan pengembangan dari program kebun bibit yang telah dilaksanakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia. Sejalan dengan penetapan tujuan wisata super prioritas di Danau Toba di Sumatera Utara, Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Likupang di Sulawesi Utara, dan Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, perencanaan persemaian modern difokuskan di Satar Kodi, Kelurahan Nggorang, Komodo, Manggarai Barat. Dalam hal ini, ketersediaan air menjadi faktor yang penting karena diperlukan sepanjang tahun, terlebih saat puncak musim kemarau. Keterdapatan air tanah sebagai sumber air kegiatan rangkaian persemaian dapat diketahui dengan pendekatan geofisika dan analisis data resistivitas. Metode pendugaan air tanah Vertical Electrical Sounding (VES), yakni injeksi arus listrik ke dalam bumi melalui dua elektroda potensial, digunakan untuk menghasilkan resistivitas. Melalui analisis matching curve, nilai log resistivitas dikorelasikan dengan nilai log batuan dan menghasilkan root mean square (RMS) sebesar 8,4%. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyusun batuan terdiri atas batugamping dari Formasi Batugamping Berlapis (Tml) dan batulempung dengan sisipan tufan. Air tanah ditemukan di akuifer batugamping tufan yang, berdasarkan susunan batuannya, memiliki dua lapisan akuifer, yakni lapisan atas (kedalaman 7,5-24,04 m, potensi debit air tanah 5,68 liter/debit) dan lapisan bawah (kedalaman 46,24-106,68 m, debit 74,63 liter/detik). Lapisan bawah memiliki akuifer tebal (60,24 m) dan kedalaman potensial untuk sumur bor. Potensi ketersediaan air lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan air persemaian modern.
其他摘要:Land rehabilitation and forest reclamation are among the strategies adopted to meet national demand for timber, and, for this purpose, forest plant nurseries should be prepared to regenerate new plants. Modern nursery, believed to shorten the time needed to produce transplants, is part of the nursery program introduced by the Ministry of Environment and Forestry (KLHK) of the Republic of Indonesia. In line with the determination of Lake Toba in Sumatera Utara Province, Borobudur in Jawa Tengah, Mandalika in Nusa Tenggara Barat, Likupang in Sulawesi Utara, and Labuan Bajo in Nusa Tenggara Timur as superpriority tourist destinations, the modern nursery is currently prepared solely for Satar Kodi, Nggorang Subdistrict, Komodo, Manggarai Barat. Because it requires continuous supplies of water throughout the year, notably at the peak of the dry season, this research set out to determine groundwater availability using a geophysical approach and resistivity data analysis. Vertical Electrical Sounding (VES), which injects an electric current into the ground through two potential electrodes, yielded resistivity values. In the matching curve analysis, the log values of both resistivity and rock constituents were correlated, resulting in a root mean square (RMS) of 8.4%. The analysis revealed that the rock constituents were the limestone of the Bedded Limestone Formation (Tml) and claystone with intercalations of tuff. Groundwater was detected in tuffaceous limestone aquifer that, based on the rock arrangement, had two aquifer layers: the upper layer (depth= 7.5-24.04 m, discharge potential= 5.68 l/s) and the lower layer (depth= 46.24-106.68 m, discharge potential= 74.63 l/s). The lower layer had a thick aquifer (60,24 m) and potential depth for boreholes. Overall, groundwater availability is more than sufficient to meet the water needs of the modern nursery.
关键词:Resistivitas, Batu gamping, Air tanah, Persemaian, Debit air
其他关键词:Resistivity, Limestone, Groundwater, Nursery, Water Discharge