摘要:This paper explores the development of multi centre urban spatial structures, as the development of three classical models, namely monocentric, sectoral, and multiple nuclei. By implementing a literature study method on studies of the global development of urban spatial structures which began from the 1960s until the 2000s era, lessons learned for Indonesia can be taken in promoting sustainable urban spatial structure. The thought of developing urban spatial structure starts from the awareness of urban expansion beyond its administrative boundaries in the 1960s (urban field), the importance of the systemic context in the development of urban spatial structures (1970s), the systemic concept must be supported by the collaboration of mutual cooperation among city’s functions in the concept of inter-city networks (1980s), spatial planning integration between core cities and suburbs which emerge urban areas (1990s). In 2000s era, the development of polycentric could be located in one urban area or among urban areas, also highly connected with innovation as a reflection of the use of knowledge for urban centers (2010s era). During the decades, it can be concluded that multi city centers lead to the enrichment of urban function in the sense of public interest and common concern, especially symbolizes continuing knowledge based innovation which could interfere market and existing values (disruption era), so collaboration among city centers is needed to perform a sustainable synergic urban spatial structure.
其他摘要:Tulisan ini mengupas perkembangan struktur ruang kota banyak pusat, sebagai pengembangan dari tiga model struktur ruang kota klasik, yaitu monocentric, sectoral, dan multiple nuclei. Melalui studi literatur atas kajian-kajian perkembangan struktur ruang kota di luar negeri yang dimulai dari tahun 1960an sampai dengan era tahun 2000an diharapkan Indonesia dapat mengambil pelajaran akan arah pengembangan struktur ruang kota-kotanya. Pemikiran akan pengembangan struktur ruang kota dimulai dari kesadaran akan makin meluasnya ruang kota melewati batas administrasinya di era tahun 1960an (urban field), pentingnya konteks kesisteman dalam pengembangan struktur ruang kota (era 1970an), konsep kesisteman tadi harus diperjelas dengan kerjasama saling mengisi antar fungsi kota dalam konsep jejaring antar kota (era 1980an), penanganan secara terintegrasi antara kota inti dan kawasan pinggiran yang menjadi Kawasan perkotaan (era 1990an). Pada era 2000an, perkembangan polisentrik dapat terletak pada satu Kawasan perkotaan ataupun antar Kawasan perkotaan, juga mengentalnya nuansa inovasi sebagai cerminan pemanfaatan pengetahuan bagi pusat-pusat kota (era 2010an). Akhirnya, pusat kota jamak bertambah atributnya per dekade, tidak hanya cerminan minat dan kepentingan warganya dalam fungsi-fungsi kota, tetapi inovasi menerus dari penerapan pengetahuan yang dapat mengganggu pasar dan nilai eksisting (era disrupsi), sehingga diperlukan kolaborasi antar pusat untuk menciptakan sinergi struktur ruang kota.