期刊名称:Cakrawala Pendidikan: Jurnal Ilmiah Pendidikan
印刷版ISSN:0216-1370
电子版ISSN:2442-8620
出版年度:2021
卷号:40
期号:1
页码:158-169
DOI:10.21831/cp.v40i1.33821
语种:English
出版社:Universitas Negeri Yogyakarta
摘要:This study examines the estimated effect of curriculum reform in the Indonesian secondary education after the implementation of the decentralization policy in 2001. Whilst decentralization reform is argued to be positive for the improvement of school quality and efciency due to more autonomy given for provincial and local governments, the empirical evidence on such reform towards the improvement of students’ learning outcomes is very limited. Using the propensity score analysis, this study shows that the curriculum reform has not produced a substantial return in the aspect of improved learning outcomes. This fnding resonates with the evidence from previous studies on the impact of decentralization on the education quality in Indonesia. Additionally, other fndings present a positive effect of pre-school attendance on students’ performance and the crucial issue of persisting gap on the education quality between regions even after almost twenty years of decentralization in the country.
其他摘要:Studi ini membahas estimasi pengaruh reformasi kurikulum dalam pendidikan menengah Indonesia setelah penerapan kebijakan desentralisasi pada tahun 2001. Walaupun reformasi desentralisasi dianggap positif untuk peningkatan kualitas dan efsiensi sekolah dengan otonomi yang diberikan kepada pemerintah provinsi dan daerah, bukti empiris tentang dampak reformasi tersebut bagi peningkatan hasil belajar siswa masih sangat terbatas. Dengan melakukan analisis skor kecenderungan, penelitian ini menunjukkan bahwa reformasi kurikulum belum menghasilkan pengembalian substansial dalam aspek peningkatan hasil belajar. Hal ini menggemakan bukti dari studi sebelumnya tentang dampak desentralisasi dalam kualitas pendidikan di Indonesia. Temuan lain juga menunjukan adanya efek positif dari partisipasi pendidikan pra-sekolah terhadap prestasi siswa dan masalah penting tentang kesenjangan kualitas yang masih ada antar daerah bahkan setelah hampir dua puluh tahun penerapan desentralisasi.